Teknologi Informasi Hapus Sekat Kedaerahan Di Jatim
A
A
A
SURABAYA - Wilayah Mataraman, Tapal Kuda dan Arekan kerap disebut-sebut sebagai basis peta politik di Jawa Timur (Jatim). Namun, di era teknologi informasi yang kian cepat dan canggih seperti sekarang, batas-batas tersebut dianggap tidak lagi relevan.
Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Prof Suko Widodo, Jum'at (27/10/2017). Menurut dia, semakin canggihnya media informasi, dinilai efektif menembus batas ruang dan kultur. Sehingga yang ada adalah figur yang mewakili Jatim, bukan figur Mataraman, Arekan atau figur Tapal Kuda. "Yang pasti sekarang, bagaimana masing-masing calon yang akan berkontestasi di Pilgub Jatim bisa menggunakan teknologi informasi secara tepat," katanya.
Dia menambahkan, sejauh ini sejumlah lembaga survey masih terkotak pada sekat-sekat wilayah yang ada di Jatim. Pemisahan wilayah di Jatim, kata dia, dalam metode survey merupakan metode yang sesat. Pasalnya, jaman sekarang sudah jauh berbeda dengan jaman puluhan tahun lalu. Teknologi informasi dapat memecah batas-batas kultural dalam sebuah wilayah. "Memecah wilayah Jatim dalam sebuah riset itu tidak ada pasalnya. Yang penting sekarang adalah bagaimana calon mampu memanfaatkan media sosial era millenial," terangnya.
Pria berkumis tebal ini menegaskan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi era millenial mampu menjadi salah satu pendorong bagi calon untuk memenangkan konstestasi Pilgub Jatim 2018 mendatang. Saat ini, Khofifah Indar Parawansa tengah mencari figur pendamping yang berlatar belakang nasionalis santri dari wilayah Mataraman. Wilayah tersebut dipilih karena pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas dinilai hanya representasi tapal kuda karena memiliki latar belakang santri religius. "Saat ini tidak ada lagi yang namanya wilayah Mataraman kulturnya seperti ini, terus wilayah Tapal Kuda seperti iki. Soal Pilgub semuanya ada di media komunikasi informasi, selesai,"
Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Prof Suko Widodo, Jum'at (27/10/2017). Menurut dia, semakin canggihnya media informasi, dinilai efektif menembus batas ruang dan kultur. Sehingga yang ada adalah figur yang mewakili Jatim, bukan figur Mataraman, Arekan atau figur Tapal Kuda. "Yang pasti sekarang, bagaimana masing-masing calon yang akan berkontestasi di Pilgub Jatim bisa menggunakan teknologi informasi secara tepat," katanya.
Dia menambahkan, sejauh ini sejumlah lembaga survey masih terkotak pada sekat-sekat wilayah yang ada di Jatim. Pemisahan wilayah di Jatim, kata dia, dalam metode survey merupakan metode yang sesat. Pasalnya, jaman sekarang sudah jauh berbeda dengan jaman puluhan tahun lalu. Teknologi informasi dapat memecah batas-batas kultural dalam sebuah wilayah. "Memecah wilayah Jatim dalam sebuah riset itu tidak ada pasalnya. Yang penting sekarang adalah bagaimana calon mampu memanfaatkan media sosial era millenial," terangnya.
Pria berkumis tebal ini menegaskan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi era millenial mampu menjadi salah satu pendorong bagi calon untuk memenangkan konstestasi Pilgub Jatim 2018 mendatang. Saat ini, Khofifah Indar Parawansa tengah mencari figur pendamping yang berlatar belakang nasionalis santri dari wilayah Mataraman. Wilayah tersebut dipilih karena pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas dinilai hanya representasi tapal kuda karena memiliki latar belakang santri religius. "Saat ini tidak ada lagi yang namanya wilayah Mataraman kulturnya seperti ini, terus wilayah Tapal Kuda seperti iki. Soal Pilgub semuanya ada di media komunikasi informasi, selesai,"
(wbs)