Lepas Cinemaxx, Bolt Jadi Ujung Tombak First Media
A
A
A
JAKARTA - PT First Media Tbk (KBLV) membidik pendapatan naik 15% tahun ini dibandingkan tahun lalu Rp1,3 triliun. Produk Bolt jadi andalan perusahaan untuk merealisasikan target itu.
Presiden Direktur First Media Ali Chendra mengatakan, meski Cinemaxx telah lepas dari tangan perusahaan, namun posisinya bisa diganti Bolt. Tingkat kerugian pun diyakini bakal mengecil.
"Pendapatan 2017 perbaikan anak usaha, masih dalam perkembangan masuk tahap lebih menguntungkan, tingkat kerugian mengecil, pendapatan naik 15%. Cinemaxx hilang, kenaikan tetap bisa dari 2016 kontribusi besar dari Bolt," ujarnya di Jakarta, Jumat (21/4/2017).
Cinemaxx sendiri dijelaskan Ali sudah dilepas perusahaan melalui proses divestasi pada akhir 2016. Kepemilikan perusahaan di Cinemaxx sudah 0% mulai awal 2017.
"Awal 2017 bukan bagian First Media, kita lihat Cinemaxx ini secara alamiah masuk sisi infrastruktur, melekat di properti yang akan dijadikan bioskop. Sehingga, kita divestasi, sudah bukan bagian anak usaha First Media ke depan," katanya.
Ali menambahkan, Cinemaxx sempat jadi anak perusahaan dengan kontribusi pendapatan terbesar kedua. Saat ini, First Media optimistis bisa tetap melaju tanpa Cinemaxx.
"Cinemaxx nomor dua, ada beberapa anak perusahaan mengkompensasi divestasi Cinemaxx untuk kejar kenaikan pendapatan 15% dibandingkan 2016," tuturnya.
Sebagai ujung tombak, lanjut dia, perusahaan terus mengembangkan Bolt. Alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini pun 80% dialokasikan ke Bolt.
"Capex 2017 sebesar Rp500 miliar dan sebagian besar 80% pengembangan 4G LTE Bolt, lainnya buat di perusahaan lain. Dana capex kombinasi internal kas, financing maupun pasar modal mana yang paling optimal memungkinkan memenuhi kebutuhan capex," ujar Ali.
Dari pasar modal disebutkannya, proses pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) Bolt masih dalam pertimbangan. Perusahaan lebih fokus untuk membesarkan ukuran Bolt terlebih dahulu.
"IPO tentunya kita senantiasa observasi waktu yang tepat masuk ke market, kita harapkan return kita akses. Kepentingan utama fokus kembangkan economic of scale Bolt, kalau size sudah signifikan baru kita akses kemungkinan itu," pungkasnya.
Presiden Direktur First Media Ali Chendra mengatakan, meski Cinemaxx telah lepas dari tangan perusahaan, namun posisinya bisa diganti Bolt. Tingkat kerugian pun diyakini bakal mengecil.
"Pendapatan 2017 perbaikan anak usaha, masih dalam perkembangan masuk tahap lebih menguntungkan, tingkat kerugian mengecil, pendapatan naik 15%. Cinemaxx hilang, kenaikan tetap bisa dari 2016 kontribusi besar dari Bolt," ujarnya di Jakarta, Jumat (21/4/2017).
Cinemaxx sendiri dijelaskan Ali sudah dilepas perusahaan melalui proses divestasi pada akhir 2016. Kepemilikan perusahaan di Cinemaxx sudah 0% mulai awal 2017.
"Awal 2017 bukan bagian First Media, kita lihat Cinemaxx ini secara alamiah masuk sisi infrastruktur, melekat di properti yang akan dijadikan bioskop. Sehingga, kita divestasi, sudah bukan bagian anak usaha First Media ke depan," katanya.
Ali menambahkan, Cinemaxx sempat jadi anak perusahaan dengan kontribusi pendapatan terbesar kedua. Saat ini, First Media optimistis bisa tetap melaju tanpa Cinemaxx.
"Cinemaxx nomor dua, ada beberapa anak perusahaan mengkompensasi divestasi Cinemaxx untuk kejar kenaikan pendapatan 15% dibandingkan 2016," tuturnya.
Sebagai ujung tombak, lanjut dia, perusahaan terus mengembangkan Bolt. Alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini pun 80% dialokasikan ke Bolt.
"Capex 2017 sebesar Rp500 miliar dan sebagian besar 80% pengembangan 4G LTE Bolt, lainnya buat di perusahaan lain. Dana capex kombinasi internal kas, financing maupun pasar modal mana yang paling optimal memungkinkan memenuhi kebutuhan capex," ujar Ali.
Dari pasar modal disebutkannya, proses pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) Bolt masih dalam pertimbangan. Perusahaan lebih fokus untuk membesarkan ukuran Bolt terlebih dahulu.
"IPO tentunya kita senantiasa observasi waktu yang tepat masuk ke market, kita harapkan return kita akses. Kepentingan utama fokus kembangkan economic of scale Bolt, kalau size sudah signifikan baru kita akses kemungkinan itu," pungkasnya.
(wbs)