Riset: Motor Kendaraan Paling Sering Digunakan Kerja di Indonesia 62%
A
A
A
JAKARTA - Inside.ID, sebuah platform riset di bawah naungan NonFiction Market Research Agency mengungkapkan sejumlah fakta pengguna kendaraan di Indonesia. Berdasarkan riset, kendaraan yang paling banyak digunakan orang untuk bekerja ke kantor adalah motor.
"Dari responden di seluruh Indonesia, peringkat pertama kendaraan yang paling sering digunakan untuk bekerja adalah motor sebanyak 62%, lalu kendaraan umum sebanyak 26%, dan terakhir mobil sebesar 12%," ujar Head of Creative Research Inside.ID, Andres Christian dalam keterangan tertulis yang dilansir SINDOnews, Selasa (28/3/2017).
Terkait penggunaan kendaraan umum, lanjut dia, antusias pengguna motor tidak sebesar mereka yang menggunakan mobil. Hanya sekitar 54% yang pernah mempertimbangkan untuk beralih ke kendaraan umum.
"Sebagian besar mereka yang mempertimbangkan kendaraan umum memiliki alasan untuk mengurangi kemacetan. Namun, mereka masih belum beralih menggunakan kendaraan umum," katanya.
Menurut Andres, salah faktor penyebab keengganan pengguna kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasi feeder (angkot/mikrolet) ke halte Transjakarta ataupun stasiun.
“Salah satu problem untuk menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasinya feeder dari rumah menuju halte atau stasiun. Memang sudah banyak warga Jabodetabek yang menggunakan kendaraan umum, tetapi angka ini masih kurang banyak untuk bisa menyelesaikan kemacetan lalu lintas,” tandasnya.
"Dari responden di seluruh Indonesia, peringkat pertama kendaraan yang paling sering digunakan untuk bekerja adalah motor sebanyak 62%, lalu kendaraan umum sebanyak 26%, dan terakhir mobil sebesar 12%," ujar Head of Creative Research Inside.ID, Andres Christian dalam keterangan tertulis yang dilansir SINDOnews, Selasa (28/3/2017).
Terkait penggunaan kendaraan umum, lanjut dia, antusias pengguna motor tidak sebesar mereka yang menggunakan mobil. Hanya sekitar 54% yang pernah mempertimbangkan untuk beralih ke kendaraan umum.
"Sebagian besar mereka yang mempertimbangkan kendaraan umum memiliki alasan untuk mengurangi kemacetan. Namun, mereka masih belum beralih menggunakan kendaraan umum," katanya.
Menurut Andres, salah faktor penyebab keengganan pengguna kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasi feeder (angkot/mikrolet) ke halte Transjakarta ataupun stasiun.
“Salah satu problem untuk menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasinya feeder dari rumah menuju halte atau stasiun. Memang sudah banyak warga Jabodetabek yang menggunakan kendaraan umum, tetapi angka ini masih kurang banyak untuk bisa menyelesaikan kemacetan lalu lintas,” tandasnya.
(dmd)