Lima Alasan E-Commerce Global Harus Masuk Pasar Indonesia

Rabu, 22 Februari 2017 - 23:03 WIB
Lima Alasan E-Commerce Global Harus Masuk Pasar Indonesia
Lima Alasan E-Commerce Global Harus Masuk Pasar Indonesia
A A A
JAKARTA - DALAM satu dekade terakhir Indonesia menjadi incaran perusahaan-perusahaan e-commerce dan pemodal ventura (venture capital) global. Perusahaan-perusahaan itu masuk melalui berbagai model bisnis, antara lain akuisisi, patungan (joint venture), perwakilan, dan sebagainya.

Pertanyaannya, mengapa Indonesia menjadi incaran mereka? Dalam siaran persnya, Rabu (22/2/2017), Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultasi bisnis global yang berbasis di Singapura, bekerja sama dengan perusahaan riset dan media bisnis teknologi terkemuka, TechnoBusiness Indonesia memetakan lima alasan kuat mengapa perusahaan e-commerce global harus masuk ke pasar Indonesia.

1. Pasar Potensial

Jumlah penduduk Indonesia yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 254,9 juta jiwa merupakan pasar yang besar. Tidak hanya besar, penduduk Indonesia juga tergolong konsumtif alias doyan belanja.

Nilai penjualan ritel e-commerce dunia yang mencapai USD1.336 triliun pada 2014 dan melesat menjadi USD2.050 pada 2016, sebagian besar disumbang dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Pada 2016, seperti disebutkan eMarketer, Asia Pasifik menyumbangkan transaksi e-commerce sebesar USD1.152,21 triliun dan Indonesia USD5,29 triliun. Pasar e-commerce Indonesia tersebut meningkat dari USD1,94 miliar pada 2014 dan diperkirakan bakal tumbuh menjadi USD8,21 miliar pada tahun ini atau USD13,16 miliar pada 2019.

2. Pasar Baru

Bagi pasar Indonesia, e-commerce merupakan “barang baru”. Kehadirannya 10 tahun lebih lambat daripada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, serta negara-negara di Eropa. Wajar jika sampai saat ini masih banyak masyarakat yang ragu berbelanja online.

“Tetapi, karena baru itulah justru menjadi peluang besar bagi pemain-pemain e-commerce global untuk menanamkan investasinya di Indonesia sedini mungkin melalui berbagai cara,” ujar Deputy CEO Spire Research and Consulting Group, Jeffrey Bahar.

3. Karakteristik Pasar

Indonesia sangat luas dan terbagi dalam ribuan pulau. Atas dasar itu, logistik barang-barang menjadi kendala. Harga barang di kawasan Indonesia Timur bisa 2-3 kali lipat lebih mahal ketimbang di Indonesia Barat.

Atas adanya e-commerce yang menawarkan satu harga dari mana saja, apalagi ditambah promo bebas biaya pengiriman (free delivery), masyarakat sangat diuntungkan sehingga mudah beralih ke belanja online. Artinya, karakteristik pasar yang demikian sangat mendukung sistem e-commerce tumbuh pesat.

4. Kemampuan Pendanaan

Pemain-pemain e-commerce lokal biasanya menghadapi banyak kendala, terutama pendanaan. Model bisnis yang masih baru membuat pendiri (founder) kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan e-commerce hasil inovasinya. Para pemilik uang dan perusahaan-perusahaan dalam negeri masih berpikiran kolot dengan mempertanyakan: “Apakah bisa balik modal?”

“Karena itu, e-commerce lokal bisa menjadi ‘sasaran empuk’ e-commerce global melalui proses pendanaan atau akuisisi demi menguasai ceruk pasar yang ada,” jelas Jeffrey.

5. Kecanggihan Teknologi

Karena rata-rata memiliki dana terbatas, maka secara otomatis e-commerce lokal juga kesulitan mengembangkan teknologinya. Padahal, teknologi menjadi tumpuan utama dalam berbisnis e-commerce.

Sebagai contoh, berkat kecanggihan teknologi, sistem pembayaran tunai keras (cash) bisa diubah menjadi cicilan hingga 24 kali menggunakan kartu kredit selayaknya berbelanja offline. Teknologi pembayaran online (online payment gateway) yang memungkinkan bertransaksi secara aman juga diperlukan.

“Siapa yang menguasai teknologi-teknologi e-commerce itu? Ya, raksasa e-commerce global,” ungkap Purjono Agus Suhendro, pengamat e-commerce yang juga CEO TechnoBusiness Indonesia.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1324 seconds (0.1#10.140)