Mastel Sebut Televisi sebagai Salah Satu Sumber Hoax
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan survey Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) setidaknya ada beberapa platform yang menjadi sumber berita hoax. Dari data yang diperoleh, sebanyak 92,40% menilai sosial media menjadi sumber berita hoax tertinggi.
Namun menariknya, sebanyak 8,70% responden meilih televisi (tv) menjadi sumber berita hoax. Melihat data yang ada, Ketua Umum Mastel, Kristianto mengaku jawaban tersebut murni dari responden.
"Tentunya ini jadi pertanyaan juag kenapa responden menilai tv menjadi sumber hoax. Jawabannya tentu tidak bisa kita tentukan tapi murni dari responden. Jadi mereka melihat rv itu menjadi salah satu sumber hoax," ujar Kristianto, di Jakarta, Senin (13/2/2017).
Ditanyai apa alasan responden yang memilih tv sebagai sumber hoax. Kristianto menjawab, "Tidak ada, karena responden hanya disuruh memilih media channel mana mereka menerima hoax dan mereka memilih itu (tv)."
Dalam hal ini, Kristianto sendiri mengaku terkejut kenapa responden justru mendapatkan hoax dari tv. Seharusnya kan tidak. Karena tv seharusnya bisa jadi sumber informasi yang terpercaya karena apa yang ditayangkan tv pasti harus mengandung kaidah jurnalistik.
"Tapi ini murni hasil dari responden," tandasnya.
Beradasarkan hasil survey Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), 92,40% masyarakat menerima berita hoax dari sosial media. Sedangkan 62,80% responden menerima berita hoax dari aplikasi berbalas pesan. Sementara 34,90% responden menerima hoax dari situs web, televisi 8,70% dan media cetak 5%.
Namun menariknya, sebanyak 8,70% responden meilih televisi (tv) menjadi sumber berita hoax. Melihat data yang ada, Ketua Umum Mastel, Kristianto mengaku jawaban tersebut murni dari responden.
"Tentunya ini jadi pertanyaan juag kenapa responden menilai tv menjadi sumber hoax. Jawabannya tentu tidak bisa kita tentukan tapi murni dari responden. Jadi mereka melihat rv itu menjadi salah satu sumber hoax," ujar Kristianto, di Jakarta, Senin (13/2/2017).
Ditanyai apa alasan responden yang memilih tv sebagai sumber hoax. Kristianto menjawab, "Tidak ada, karena responden hanya disuruh memilih media channel mana mereka menerima hoax dan mereka memilih itu (tv)."
Dalam hal ini, Kristianto sendiri mengaku terkejut kenapa responden justru mendapatkan hoax dari tv. Seharusnya kan tidak. Karena tv seharusnya bisa jadi sumber informasi yang terpercaya karena apa yang ditayangkan tv pasti harus mengandung kaidah jurnalistik.
"Tapi ini murni hasil dari responden," tandasnya.
Beradasarkan hasil survey Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), 92,40% masyarakat menerima berita hoax dari sosial media. Sedangkan 62,80% responden menerima berita hoax dari aplikasi berbalas pesan. Sementara 34,90% responden menerima hoax dari situs web, televisi 8,70% dan media cetak 5%.
(wbs)