Cyberbullying Bisa Berikan Dampak Negatif Pada Anak

Senin, 22 Agustus 2016 - 19:03 WIB
Cyberbullying Bisa Berikan Dampak Negatif Pada Anak
Cyberbullying Bisa Berikan Dampak Negatif Pada Anak
A A A
JAKARTA - Bullying yang berasal dari kata bully atau penggeretak biasanya identik dengan orang yang kerap kali mengganggu orang yang lebi lemah. Bullying rupanya tidak hanya terjadi pada dunia nyata, tapi juga pada dunia maya yang disebut Cyberbullying.

Bahkan Cyberbullying dianggap lebih berbahaya, terutama untuk anak-anak berusia 8-16 tahun. Berdasarkan penelitian Kaspersky Lab bersama IconKids & Youth, anak-anak dengan dengan rentan umur tersebut lebih waspada terhadap Cyberbullying ketimbang para orang tua.

Menurut penelitian, 13% dari anak-anak dan 21% orang tua yang menganggap hal tersebut tidak berbahaya. Pada saat yang sama, 16% dari anak-anak yang disurvei lebih takut ditindas online daripada offline, sementara setengah (50%) anak-anak yang di survei merasa takut ditindas (bullying) baik itu di kehidupan nyata maupun virtual.

"Dalam upaya melindungi anak-anak kita dari bahaya, kita tidak boleh lupa bahwa anak-anak jaman sekarang tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya, dan bagi mereka sama nyatanya. Di Internet, anak-anak bersosialisasi, belajar hal-hal baru, bersenang-senang dan, sayangnya, menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Cyberbullying adalah salah satu hal yang paling berbahaya yang dihadapi oleh anak-anak di Internet, karena dapat berdampak negatif pada jiwa mereka dan menimbulkan masalah bagi sisa hidup mereka," ujar Head of Consumer Business Kaspersky Lab, Andrei Mochola, dalam keterangan resminya, Senin (22/8/2016).

Bullying di Internet memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan emosional anak-anak. Tercatat orang tua dari 37% korban melaporkan dampak kepercayaan diri yang sangat rendah, 30% melihat penurunan dalam proses belajar di sekolah, dan bahkan 28% mengatakan anak-anak mereka mengalami depresi.

Tidak hanya itu, 25% dari orang tua menyatakan bahwa cyberbullying telah mengganggu pola tidur anak-anak mereka dan (21%) menyebabkan mimpi buruk . Bahkan 26% orang tua korban menyadari bahwa anak mereka sudah mulai menghindari kontak dengan anak-anak lainnya, dan 20% menemukan anak-anak mereka mengidap anoreksia.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8896 seconds (0.1#10.140)