HT Dukung Rencana Pemerintah Lakukan Sensor Terhadap Twitter Dkk
A
A
A
JAKARTA - Chief Executive Officer (CEO) MNC Group Hary Tanoesoedibjo mendukung rencana pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) untuk melakukan sensor dan pemblokiran terhadap over the top (OTT) asing seperti Twitter, Whatsapp, dan lainnya.
Dia mengaku, rencana pemerintah untuk melakukan 'pembersihan' tersebut patut dipuji. Karena pada prinsipnya, media saat ini tidak hanya bersumber pada televisi maupun koran saja. Melainkan sosial media dan media berbasis online lainnya juga bisa menjadi sumber informasi.
"Terkait sosial media, online yang tidak tersensor saya setuju. Karena pada prinsipnya sekarang ini, media itu bukan TV saja, bukan koran saja. Sangat mendukung. Jadi pemerintah kalau melakukan itu sangat terpuji. Kalau malah didiamkan saja ya nggak bagus," katanya di Hotel Pullman, Jakarta, Sabtu (27/2/2016).
Menurutnya, saat ini tontonan maupun bacaan yang diakses masyarakat juga berasal dari sosial media. Jika tidak disensor, maka justru akan berbahaya untuk generasi muda dan budaya di Indonesia.
"Orang melihat, menonton, membaca itu sudah juga dengan sosial media dan online. Isinya sama. Nah kalau itu tidak disensor bahaya buat generasi muda khususnya, yang juga tidak sesuai budaya kita. Masa kita biarkan konten tanpa sensor. Jadi ini keberanian yang harus kita dorong dan didukung," tandasnya.
Dia mengaku, rencana pemerintah untuk melakukan 'pembersihan' tersebut patut dipuji. Karena pada prinsipnya, media saat ini tidak hanya bersumber pada televisi maupun koran saja. Melainkan sosial media dan media berbasis online lainnya juga bisa menjadi sumber informasi.
"Terkait sosial media, online yang tidak tersensor saya setuju. Karena pada prinsipnya sekarang ini, media itu bukan TV saja, bukan koran saja. Sangat mendukung. Jadi pemerintah kalau melakukan itu sangat terpuji. Kalau malah didiamkan saja ya nggak bagus," katanya di Hotel Pullman, Jakarta, Sabtu (27/2/2016).
Menurutnya, saat ini tontonan maupun bacaan yang diakses masyarakat juga berasal dari sosial media. Jika tidak disensor, maka justru akan berbahaya untuk generasi muda dan budaya di Indonesia.
"Orang melihat, menonton, membaca itu sudah juga dengan sosial media dan online. Isinya sama. Nah kalau itu tidak disensor bahaya buat generasi muda khususnya, yang juga tidak sesuai budaya kita. Masa kita biarkan konten tanpa sensor. Jadi ini keberanian yang harus kita dorong dan didukung," tandasnya.
(dol)