Pertama di Asia Pasifik, GfK Luncurkan GXL di Indonesia

Pertama di Asia Pasifik, GfK Luncurkan GXL di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan industri information and Communication technology (ICT) yang semakin pesat secara otomatis mengubah gaya hidup para penggunanya. Apalagi masyarakat di kota-kota besar di Indonesia makin tak bisa dipisahkan dari perangkat ponsel pintar serta aplikasi digital yang dipasang di dalamnya.
Agar dapat mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif lewat penggunaan media berteknologi tinggi, GfK meluncurkan Crossmedia Link Produk di Indonesia market, pertama di Asia Pasifik.
"Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, internet, pendapatan iklan dan e-commerce," kata Managing Director GfK Indonesia Guntur Sanjoyo dalam rilisnya, Selasa (22/9/2015).
Setidaknya, tercatat 61% warga di kota Jabodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar. Rata-rata pemakaian ponsel pintar selama 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Belum termasuk saat mereka melihat televisi yang menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan khususnya di bidang fast moving consumer good (FMCG), ICT dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen.
"Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen," ujar Guntur.
Media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan. Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak.
Namun, sekarang seiring perkembangan internet dan "conected device' kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop , tablet dan mobile phones.
Karena itu, kata dia, dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi terutama di kelas menengah di Indonesia telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi untuk memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media.
Hal tersebut dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini.
Menjawab tantangan tersebut, GfK memperkenalkan Crossmedia Link yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi.
Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, internet, pendapatan iklan dan e-commerce.
Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan, Inggris dan Italia.
Salah satu indikasi bisa dilihat dari data APJII yang menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta orang. Belum lagi potensi pasar smartphone yang diprediksi bisa mencapai 120 juta unit per tahun di mana saat ini baru 40 juta unit per tahun.
Diluncurkannya GfK Crossmedia Link (GXL) ini untuk menjawab perkembangan teknologi yang demikian pesat. "Dalam era digital seperti sekarang ini menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor," ujarnya.
GXL menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar termasuk desktop, smartphones dan tablet. Caranya dengan membenamkan software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop).
"Saat ini telah dilakukan uji coba, ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik," ujar GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia William S Kusuma.
Kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal.
Para merek dan pengiklan bisa memasang target, memonitor dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda.
Di Indonesia, Croosmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. "Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan di antara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini," pungkas William.
Agar dapat mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif lewat penggunaan media berteknologi tinggi, GfK meluncurkan Crossmedia Link Produk di Indonesia market, pertama di Asia Pasifik.
"Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, internet, pendapatan iklan dan e-commerce," kata Managing Director GfK Indonesia Guntur Sanjoyo dalam rilisnya, Selasa (22/9/2015).
Setidaknya, tercatat 61% warga di kota Jabodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar. Rata-rata pemakaian ponsel pintar selama 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Belum termasuk saat mereka melihat televisi yang menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan khususnya di bidang fast moving consumer good (FMCG), ICT dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen.
"Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen," ujar Guntur.
Media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan. Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak.
Namun, sekarang seiring perkembangan internet dan "conected device' kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop , tablet dan mobile phones.
Karena itu, kata dia, dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi terutama di kelas menengah di Indonesia telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi untuk memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media.
Hal tersebut dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini.
Menjawab tantangan tersebut, GfK memperkenalkan Crossmedia Link yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi.
Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, internet, pendapatan iklan dan e-commerce.
Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan, Inggris dan Italia.
Salah satu indikasi bisa dilihat dari data APJII yang menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta orang. Belum lagi potensi pasar smartphone yang diprediksi bisa mencapai 120 juta unit per tahun di mana saat ini baru 40 juta unit per tahun.
Diluncurkannya GfK Crossmedia Link (GXL) ini untuk menjawab perkembangan teknologi yang demikian pesat. "Dalam era digital seperti sekarang ini menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor," ujarnya.
GXL menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar termasuk desktop, smartphones dan tablet. Caranya dengan membenamkan software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop).
"Saat ini telah dilakukan uji coba, ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik," ujar GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia William S Kusuma.
Kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal.
Para merek dan pengiklan bisa memasang target, memonitor dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda.
Di Indonesia, Croosmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. "Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan di antara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini," pungkas William.
(izz)