Sukses di Afrika dan Timur Tengah, Infinix Incar Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Nama Infinix Mobility mungkin belum pernah terdengar di Indonesia. Tapi, perusahaan asal Hong Kong yang memiliki pusat riset di Paris dan Shanghai itu sebenarnya cukup sukses di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa. Infinix Mobility baru didirikan pada 2009.
”Kami sengaja membawa Hot Note X551 di Indonesia karena walau relatif baru, tapi terhitung sukses,” ungkap CEO Infinix Mobility Benjamin Jiang.
Model yang dijual di Indonesia menggunakan memori RAM 2 GB, sedikit berbeda dengan model yang dirilis di Afrika dengan RAM 1 GB. ”Ini bukti bahwa kami berusaha untuk memecahkan masalah di pasar lokal,” tutur Benjamin.
”Di pasar Indonesia orang mengeluh ponsel layarnya kecil, baterainya boros, prosesor kurang tangkas, serta user experience yang kurang baik,” tambahnya.
Ada alasan mengapa Hot Note X551 langsung dijual melalui Lazada Indonesia. Pertama, untuk menghemat biaya karena tidak perlu membayar ongkos untuk ritel offline. Alasan kedua, strategi factory-to-consumer memakai media e-commerce seperti ini juga mereka gunakan di negara lain.
”Teknologi terus kedepan, tidak ada untungnya setia dengan di model lama,” beber Benjamin. ”Menggunakan e-commerce, kami bisa mereduksi harga. Konsumen pun dimudahkan berbelanja karena tidak perlu bermacet-macetan. Produk langsung diantar ke depan rumah. Jika ingin tau spesifikasi, cukup buka internet.
Meski demikian, Benjamin sendiri tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke pasar offline seperti yang dilakukan oleh Xiaomi. ”Kami pastikan penjualan online lancar dulu. Setelah membesar, kami akan masuk ke pasar offline,” katanya.
”Kami sengaja membawa Hot Note X551 di Indonesia karena walau relatif baru, tapi terhitung sukses,” ungkap CEO Infinix Mobility Benjamin Jiang.
Model yang dijual di Indonesia menggunakan memori RAM 2 GB, sedikit berbeda dengan model yang dirilis di Afrika dengan RAM 1 GB. ”Ini bukti bahwa kami berusaha untuk memecahkan masalah di pasar lokal,” tutur Benjamin.
”Di pasar Indonesia orang mengeluh ponsel layarnya kecil, baterainya boros, prosesor kurang tangkas, serta user experience yang kurang baik,” tambahnya.
Ada alasan mengapa Hot Note X551 langsung dijual melalui Lazada Indonesia. Pertama, untuk menghemat biaya karena tidak perlu membayar ongkos untuk ritel offline. Alasan kedua, strategi factory-to-consumer memakai media e-commerce seperti ini juga mereka gunakan di negara lain.
”Teknologi terus kedepan, tidak ada untungnya setia dengan di model lama,” beber Benjamin. ”Menggunakan e-commerce, kami bisa mereduksi harga. Konsumen pun dimudahkan berbelanja karena tidak perlu bermacet-macetan. Produk langsung diantar ke depan rumah. Jika ingin tau spesifikasi, cukup buka internet.
Meski demikian, Benjamin sendiri tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke pasar offline seperti yang dilakukan oleh Xiaomi. ”Kami pastikan penjualan online lancar dulu. Setelah membesar, kami akan masuk ke pasar offline,” katanya.
(dol)